Perwarna
tekstil terdiri atas zat pewarna alam dan zat pewarna sintetis. Zat pewarna
alam berasal dari tumbuhan atau hewan.
Tekstil
tradisional Indonesia pada zaman dahulu menggunakan pewarna alam seperti daun
pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu
tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (tea), akar mengkudu
(Morinda citrifelia) yang menghasilkan warna merah,
Berasal
dari Timur Tengah dan dibawa ke kepulauan Indonesia melalui pedagang India,
kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu
biji (Psidium guajava).
Pewarna
alami mudah diserap oleh tekstil dari bahan alami, terutama sutra, namun tidak
oleh tekstil dengan bahan sintetis.
Zat
pewarna sintetis adalah zat pewarna buatan yang dibuat dari ter arang baru bara
atau minyak bumi. Zat warna sintetis lebih mudah diperoleh di pasaran, memiliki
keragaman warna lebih banyak, dan menyediakan warna terang.
Zat
warna sintetis dapat menghasilkan warna yang konsisten atau sama, dan mudah
diserap oleh tekstil dengan serat alami maupun tekstil dengan serat sintetis.
Kelemahan pewarna sintetis adalah belum tentu aman untuk manusia dan alam.