Langkah
pertama teknik ikat celup menempatkan benang pakan/lungsin pada plangkan.
Langkah
kedua adalah menggambarkan pola motif pada benang yang sudah terpasang pada
plangkan.
Langkah
ketiga adalah mengikat bagian benang sesuai dengan motif yang diinginkan.
Ikatan yang kuat, tebal dan rapi akan dapat menghalangi warna dengan baik.
Benang
yang sudah diikat dicelup dengan warna-warna sesuai dengan rancangan. Pewarnaan
dilakukan mulai dari warna yang paling tua, ke warna yang paling muda.
Setelah
pewarnaan pertama, warna kedua diperoleh dengan melepaskan ikatan pada bagian
yang ingin diwarnai, dan seterusnya hingga selesai. Benang yang sudah diwarnai
lalu dikeringkan. Setelah kering, benang lungsin dipasang pada alat tenun,
sedangkan benang pakan dipasang pada kelenting.
Selain
teknik pewarnaan ikat celup pada benang tenun, ada pula teknik rintang warna
dengan menggunakan lilin/malam, yaitu teknik batik. Pada masa Kerajaan
Majapahit, teknik batik diaplikasikan di atas daun lontar.
Setelah
diperkenalkan material kain dari serat katun, sebagai pengganti serat alam
lainnya yang lebih kasar, teknik batik mulai diaplikasikan di atas kain katun.
Kain
batik, semula hanya dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan kerajaan, namun teknik
tersebut mulai dikenal masyarakat di luar keraton dari para pengrajin batik.
Lambat laun kegiatan membatik menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar
kerajaan.