Melalui
proses penyatuan yang dramatis, sperma dan ovum bertemu dan menyatukan diri.
Proses tersebut terjadi dengan penuh kecermatan dan ketepatan yang hanya bisa
diatur oleh Zat yang Mahapandai atas segala sesuatu.
Keduanya
bertemu, mengomunikasikan informasi yang mereka bawa dan berlanjut dalam
perkembangan yang luar biasa. Dua sel manusia berlainan jenis itu menyatu
kemudian membelah dan terus membelah.
Tiap-tiap
sel baru membentuk jalinan yang kuat di antara mereka. Setelah mulai terbentuk,
sel-sel calon manusia itu mencari tempat berlabuhnya di dinding rahim sang ibu.
Mereka melekat kuat dan membentuk jaringan penghubung antara si calon manusia
dengan sang ibu.
Jaringan
penghubung ini biasa kita kenal sebagai placenta. Tahap inilah yang dalam dunia
kedokteran modern disebut zygot. Hal ini menunjukkan tanda kekuasaan Allah Swt.
sekaligus
kebenaran Al-Qur’an. Seribu empat ratus tahun yang lalu, saat kehidupan bangsa
Arab berada di tepi terjauh dari peradaban, saat orang Badui menganggap bahwa
bumi itu datar, Al-Qur’an menyatakan sesuatu yang baru terlihat pada abad
modern ini.
Sembari
membangun interaksi dengan sang ibu, sel-sel baru itu terus diatur oleh Allah
Swt. untuk membelah hingga menjadi segumpal daging kemudian membelah dan
membentuk bagian-bagian tubuh manusia.
Tangan,
kaki, kepala, jantung, otak, dan semua organ terbentuk dengan bimbingan Allah
Swt. Setelah semua bagian lengkap, Allah Swt. menyempurnakan bentuknya menjadi
bentuk yang sama sekali berbeda dari saat pertama kali sperma dan ovum bertemu.
Inilah
proses pembentukan seorang manusia yang diangkat Allah Swt. sebagai
khalifah-Nya di bumi. Proses yang tersampaikan dalam Surah al-Mu’minu-n [23]
ayat 12–14 ini memberi pelajaran tentang dua hal penting. Pertama, Allah Swt.
yang mengatur penciptaan manusia.