Bolazaman - Anggota Komisi III DPR RI, Sarifuddin Sudding menyatakan tewasnya
gembong teroris Santoso dalam operasi Tinombala memunculkan banyak pertanyaan
yang harus dijawab oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
"Saya kira banyak pertanyaan muncul kenapa baru sekarang Santoso
bisa ditembak, kenapa tidak dari dulu?," kata Sudding di Gedung DPR RI,
Senayan Jakarta, Selasa (19/7).
Pertanyaan lainnya, lanjut politikus Partai Hanura ini, terkait
banyaknya jumlah personel TNI dan Polri yang dikerahkan ke Poso untuk memburu
puluhan kelompok Santoso.
"Ada 3000-an personel TNI Polri dikerahkan mengejar Santoso dan
kawan-kawannya. Kok sangat sulit sekali? Pengerahan ribuan personel untuk
memburu 21 orang jadi pertanyaan besar buat saya," ujar dia.
Wakil rakyat dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah itu juga menduga,
ditembaknya Santoso adalah upaya dari Tito sebagai Kapolri baru untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat.
"Bisa jadi tertembaknya Santoso usai Tito dilantik jadi Kapolri
untuk mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Dari dulu selalu dikatakan,
sudah teridentifikasi, tinggal menunggu waktu dan sekarang baru
ditangkap," kata Sudding.
Terlepas dari ada atau tidaknya rekayasa penembakan Santoso, Sudding
menyatakan apresiasi terhadap kinerja Polri dan TNI.
"Tapi saya sangat apresiasi dan hargai kinerja TNI Polri. Tapi di
sisi lain, pertanyaan masyarakat tidak bisa dikesampingkan. Kasus ini segera
dituntaskan karena berkaitan dengan wilayah yang terstigma sebagai wilayah
konflik," pungkas Sudding. (fas/jpnn)